Nurromantis
Mengenai Saya
- Nurromantis.blogspot.com
- Ogan Ilir, Sumatera Selatan , Indonesia
- Saya Dilahirkan di desa Sukaraja Baru pada tanggal 21 januari 1996. Nama ayah saya Sumirat dan Ibu saya Sulaili . Aku mempunyai Banyak saudara
Jumat, 30 November 2018
Jumat, 16 November 2018
PPMDI
https://docs.google.com/document/d/1wRp3k0pefwMXjWBhmmtDjpYAg7WivoPhzsbKVjtNl1M/edit?usp=sharing
Jumat, 26 Mei 2017
BIODATA
Nama : Nurromantis
Jenis
kelamin : Perempuan
Agama :Islam
Alamat : Jl.Lintas Timur
No.016 Desa Sukaraja Baru Kec.IndralayaSelatan Kab.Ogan Ilir Kode Pos.30662
No
hp :
0821-7580-7475
Email : Nurromantis@ittifaqiah.ac.id
Facebook : Nur Aisyah Romantis
Line : nur romantis
Blogspot :nurromantis201501084.blogspot.com
Riwayat
pendidikan
2005
– 2010 SD Negeri 03 Indralaya Selatan
2010
– 2012 SMP Negeri 03 Indralaya Selatan
2012
- 2014 SMK Negeri 1 Indralaya Selatan
KESAN SELAMA DI STITQI:
Mulai
awal mendaftar kuliah di STITQI di hati saya sudah tertanam niat untuk
memperbaiki ahlak saya yang mungkin kurang baik selama ini.
Telah
banyak pelajaran yang saya dapatkan di STITQI mulai dari kewajiban sebagai
seorang hamba-Nya, sebagai seorang anak, sebagai saudara, sahabat, teman bahkan seorang
mahasiswi.
Dan
saya bersyukur bisa melanjutkan perguruan tinggi di STITQI.
HARAPAN SAYA KEDEPANNYA UNTUK
STITQI:
Semoga
STITQI menjadi lebih baik lagi,
meningkatkan kualitas baik Tenaga Pengajar maupun Mahasiswa/i nya. Dan cita-cita
untuk menjadi Institute nya tercapai.
OPINI
TENTANG “HOAX”
Hoax merupakan sebuah pemberitaan palsu adalah usaha untuk menipu
atau mengakali pembaca/pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal sang
pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut palsu.
Penyebaran berita hoax bisa melalui
banyak cara, berita hoax bisa menyebar melalui sosial media, forum, situs resmi
media tersebut, dan bahkan dari perbincangan mulut ke mulut. Namun yang paling
sering dijumpai adalah penyebaran berita hoax melalui sosial media seperti
Facebook, Twiter, Instagram, Line, Watshap dan lain-lain.
Hoax dapat kita kenali
dengan melihat beberapa ciri-ciri nya, antara lain :
1. Sumber
berita yang kurang bisa dipercaya
2. Foto dan video
dalam berita tersebut merupakan rekayasa, atau foto tidak sesuai dengan isi
berita
3. Biasanya
mengandung unsur politik atau saran
4. Menggunakan
kalimat-kalimat profokatif
5. Sering
mendapat komentar negatif namun disisi lain juga ada yang percaya berita
tersebut.
Kemajuan teknologi
informasi saat ini merupakan salahsatu penyebab munculnya berita hoax, sebagai
masyarakat kita harus bisa menyaring informasi yang ada. Mungkin hampir
mustahil untuk kita terhindar dari berita hoax, tapi kita bisa meminimalisirnya
dengan mencermati ciri-ciri berita hoax yang sudah penulis
cantumkan diatas.
Hoax sedang mendapatkan
momentum sebagai bagian dari hiruk-pikuk politik Ibu Kota. Tulisan ini hendak
mengaitkan hoax, yang berarti berita bohong atau fitnah, dengan wilayah yang
paling sensitif, yakni agama, khususnya Islam.
Jauh sebelum menyerang
politik Ibu Kota, berita bohong telah menggerogoti sendi-sendi keberislaman,
sehingga umat Islam hanyut dalam silang pendapat dan konflik yang sebenarnya
semu karena ditopang oleh hoax. Seringkali kita bertengkar atas nama keyakinan
(yang subyektif dan palsu), bukan kebenaran (obyektif dan nyata).
Lebih jauh, dalam
sejarah Islam, berita bohong dicatat sebagai penyebab pertama guncangan besar
bagi tatanan keislaman yang telah dibangun oleh Nabi Muhammad. Itu terjadi saat
terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan, yang kemudian disebut sebagai al-fitnah
al-kubra (fitnah besar). Saat itu, umat Islam saling menebar berita bohong
tentang pembunuhan Khalifah Usman untuk kepentingan politik sehingga terjadi
perpecahan pertama dalam sejarah Islam, yang bermuara pada peperangan antara
Ali dan Muawiyah serta lahirnya sekte-sekte dalam Islam. Karena itu, tak aneh
jika Sayyidina Ali buru-buru menasihati umat Islam agar jangan terjebak dalam
kekacauan tersebut lantaran terprovokasi oleh berita bohong.
Kesucian agama dari
berita bohong bersifat signifikan dan mendasar. Sejak awal, Al-Quran Surat
Al-Hijr ayat 9 menegaskan bahwa apa yang difirmankan-Nya adalah benar-benar
dari-Nya dan akan terus Dia jaga sampai akhir masa. Nabi diutus sebagai manusia
suci (ma'shum) untuk meneguhkan kesucian agama yang dibawanya dari tuduhan atau
prasangka berita bohong. Walhasil, Tuhan begitu keras terhadap pembuat dan
penyebar berita bohong: melaknat, menyebut tak beriman, dan memastikan
tempatnya di neraka. Sebab, berita bohong dalam keberagamaan bukan hanya
membuat kesucian agama batal, tapi juga memaksa umat menerimanya meski
bertentangan dengan akal. Walhasil, tutur Ibn Rusyd, "Jika kau ingin
menguasai orang bodoh, bungkuslah segala hal dengan agama."
Rabu, 24 Mei 2017
TUJUAN PEMBELAJARAN, BAHAN AJAR DAN METODE PEMBELAJARAN
DOSEN
PENGAMPU: MUHAMMAD MUTTAQIN, M.Pd.I
DISUSUN
OLEH : KELOMPOK IV
1. APRIANI (2015.01.011)
2. MEDI SUTRISNO (2015.01.
3. NURROMATIS (2015.01.084)
SEKOAH
TINGGI ILMU TARBIYAH A-QUR’AN A-ITTIFAQIAH
INDRALAYA
OGAN ILIR SUMATERA SEATAN
TAHUN
AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam yang telah memberi
penulis kesempatan dan kesehatan
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam,
berserta keluarga dan para sahabatnya serta para pengikutnya yang setia sampai
hari kemudian.
Makalah ini penulis buat dengan
maksud untuk menyelesaikan tugas
Evaluasi . Penulis berharap penyusunan dalam bentuk makalah ini
akan memberi banyak manfaat dan memperluas ilmu pengetahuan kita.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis mohon, semoga usaha ini
merupakan usaha yang murni bagi-Nya dan berguna bagi kita sekalian sampai hari
kemudian.
Indralaya,
05 April 2017
Penulis,
Kelompok
IV
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang sangat strategis dan
substansial dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu
bangsa adalah pendidikan. Pada saat ini pendidikan menjadi fenomena
permasalahan yang sangat penting di Indonesia.
Peningkatan kualitas pendidikan dilakukan
secara bertahap dan berkesinambungan pada berbagai komponen pendidikan antara
lain adalah menyempurnakan kurikulum, dan menggunakan model pembelajaran, serta
bahan ajar yang tepat.
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang
bernilai edukaif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru
dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang
tela dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan
kegiatan pengajarannyan secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatu
guna kepentingan pengajaran (Djamarah, 2002). Untuk itulah maka dalam makalah
ini penulis akan membahas tentang bahan ajar yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari hasil perencanaan seorang guru sebelum mengajar di kelas.
1. Apa
Pengertian dari Tujuan Pembelajaran?
2. Apa
Pengertian dari Bahan Ajar?
3. Apa
Pengertian metode pembelajaran ?
BAB II
PEMBAHASAN
Tujuan pembelajaran adalah pernyataan
tentang hasil pembelajaran apa yang diharapkan. Tujuan ini bisa sangat umum, sangat
khusus atau dimana saja.[1] Menurut para ahli.
Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku
yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan
tingkat kompetensi tertentu. Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981)
menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang
dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan
untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington (1984) bahwa
tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai
hasil belajar. Sementara itu, Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran .
Upaya
merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi
guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat)
manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu: (1) memudahkan dalam mengkomunikasikan
maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan
perbuatan belajarnya secara lebih mandiri; (2) memudahkan guru memilih
dan menyusun bahan ajar; (3) membantu memudahkan guru menentukan kegiatan
belajar dan media pembelajaran; (4) memudahkan guru mengadakan penilaian.
Seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam
pembelajaran, saat ini telah terjadi pergeseran dalam perumusan tujuan
pembelajaran. W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) mengemukakan pada masa
lampau guru diharuskan menuliskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk bahan
yang akan dibahas dalam pelajaran, dengan menguraikan topik-topik atau
konsep-konsep yang akan dibahas selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran pada
masa lalu ini tampak lebih mengutamakan pada pentingnya penguasaan bahan bagi
siswa dan pada umumnya yang dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada guru (teacher-centered). Namun seiring dengan pergeseran
teori dan cara pandang dalam pembelajaran, tujuan pembelajaran yang semula
lebih memusatkan pada penguasaan bahan, selanjutnya bergeser menjadi penguasaan
kemampuan siswa atau biasa dikenal dengan sebutan penguasaan kompetensi atau
performansi. Dalam praktik pendidikan di Indonesia, pergeseran tujuan
pembelajaran ini terasa lebih mengemuka sejalan dengan munculnya gagasan
penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Selanjutnya, W. James
Popham dan Eva L. Baker (2005) menegaskan bahwa seorang guru profesional harus
merumuskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk perilaku siswa yang dapat diukur
yaitu menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh siswa tersebut sesudah mengikuti
pelajaran.
Berbicara tentang perilaku
siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli pada umumnya sepakat untuk
menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo, 2005) sebagai tujuan pembelajaran.
Bloom mengklasifikasikan perilaku individu ke dalam tiga ranah atau kawasan,
yaitu: (1) kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek
intelektual atau berfikir/nalar, di dakamnya mencakup: pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehension), penerapan (application),
penguraian (analysis), memadukan (synthesis), dan penilaian (evaluation);
(2) kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti
perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya
mencakup: penerimaan (receiving/attending), sambutan (responding),
penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), dan
karakterisasi (characterization); dan (3) kawasan psikomotor yaitu
kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi
sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis.
Kawasan ini terdiri dari: kesiapan (set), peniruan (imitation,
membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaptation) dan
menciptakan (origination). Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat
digunakan oleh guru untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya.
Dalam sebuah perencanaan
pembelajaran tertulis (written plan/RPP), untuk merumuskan tujuan
pembelajaran tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi harus memenuhi
beberapa kaidah atau kriteria tertentu. W. James Popham dan Eva L. Baker
(2005) menyarankan dua kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih tujuan
pembelajaran, yaitu:
(1) preferensi
nilai guru yaitu cara pandang dan keyakinan guru mengenai apa yang
penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa serta bagaimana cara
membelajarkannya; dan
(2) analisis
taksonomi perilaku sebagaimana dikemukakan oleh Bloom di atas. Dengan
menganalisis taksonomi perilaku ini, guru akan dapat menentukan dan
menitikberatkan bentuk dan jenis pembelajaran yang akan dikembangkan, apakah
seorang guru hendak menitikberatkan pada pembelajaran kognitif, afektif ataukah
psikomotor.
Menurut Oemar Hamalik
(2005) bahwa komponen-komponen yang harus terkandung dalam tujuan pembelajaran, yaitu:
a.
perilaku terminal,
b.
kondisi-kondisi ,
c.
standar ukuran.
Hal senada dikemukakan
Mager (Hamzah B. Uno, 2008) bahwa tujuan pembelajaran sebaiknya mencakup tiga
komponen utama, yaitu: (1) menyatakan apa yang seharusnya dapat dikerjakan
siswa selama belajar dan kemampuan apa yang harus dikuasainya pada akhir
pelajaran; (2) perlu dinyatakan kondisi dan hambatan yang ada pada saat
mendemonstrasikan perilaku tersebut; dan (3) perlu ada petunjuk yang jelas
tentang standar penampilan minimum yang dapat diterima.
Berkenaan dengan perumusan
tujuan performansi, Dick dan Carey (Hamzah Uno, 2008) menyatakan bahwa tujuan
pembelajaran terdiri atas: (1) tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat
dikerjakan atau diperbuat oleh anak didik; (2) menyebutkan tujuan, memberikan
kondisi atau keadaan yang menjadi syarat yang hadir pada waktu anak didik
berbuat; dan (3) menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai unjuk
perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan
Telah dikemukakan di atas
bahwa tujuan pembelajaran harus dirumuskan secara jelas. Dalam hal ini Hamzah
B. Uno (2008) menekankan pentingnya penguasaan guru tentang tata bahasa, karena
dari rumusan tujuan pembelajaran itulah dapat tergambarkan konsep dan proses
berfikir guru yang bersangkutan dalam menuangkan idenya tentang pembelajaran.
Bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran
yang disusun secara sistematis yang digunakan pendidik dan peserta didik dalam
proses pembelajaran. Secara umum Bahan Ajar adalah segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru/pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak
tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat menguasai kompetensi
melalui materi yang disajikan secara runtut dan sistematis sehingga mampu
menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu sesuai dengan tujuan
pendidikan Agama Islam.[2]
pembelajaran (instructional materials) secara
garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari
pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau
nilai.[3]
Bahan ajar pada dasarnya adalah semua bahan yang
didesain secara spesifik untuk keperluan pembelajarn, bahan ajar berupa
seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan
atau suasana yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. Secara umum wujud
bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu; bahan cetak (printed); Bahan ajar dengar (audio); bahan ajar
lihat-dengar (audio visual) dan bahan ajar interaktif.[4]
a. Bahan cetak ( printed)
Bahan cetak
antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
wallchart, foto atau gambar,. Bahan cetak dapat disajikan dalam berbagai
bentuk. Adapun macam-macam bahan ajar cetak antara lain:
1)
Handout
2)
Buku
3)
Modul
4)
Lembar kegiatan Siswa
5)
Brosur
6)
Wallchart
7)
Foto/gambar
b. Bahan ajar dengar (audio)
Bahan ajar
dengan adalah bahan ajar yang didesain dengan menggunakan media dengan (audio)
seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.[5]
1) Kaset atau
piringan hitam
2) Radio
c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual)
Bahan ajar audio visual adalah bahan
ajar yang didesain dengan menggunakan media audio visual seperti :
1) Video/film
2) Orang/Nara
Sumber
d. Bahan ajar interaktif (interactive
teaching material)
Multimedia
interaktif adalah kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, gambar,
animasi, dan video) yang oleh penggunaannya dimanipulasi untuk mengendalikan
perintah dan perilaku alami dari suatu presentasi.[6]
Saat ini sudah mulai banyak orang
memanfaatkan bahan ajar ini, karena disamping menarik juga memudahkan bagi
penggunaannya dalam mempelajari suatu bidang tertentu. Biasanya bahan ajar
multimedia dirancang secara lengkap mulai dari petunjuk penggunaannya hingga
penilaian.
Bahan pembelajaran yang baik harus
mempermudah dan bukan sebaliknya mempersulit siswa dalam memahami materi yang
sedang dipelajari. Oleh sebab itu, bahan pembelajaran harus memenuhi kriteria
berikut:
1.
Sesuai dengan topik yang dibahas
2.
Memuat intisari atau informasi pendukung untuk
memahami materi yang dibahas.
3.
Disampaikan dalam bentuk kemasan dan bahasa yang
singkat, padat, sederhana, sistematis, sehingga mudah difahami.
4.
Jika ada perlu dilengkapi contoh dan ilustrasi yang
relevan dan menarik untuk lebih mempermudah memahami isinya.
5.
Sebaiknya diberikan sebelum berlangsungnya kegiatan
belajar dan pembelajaran sehingga dapat dipelajari terlebih dahulu oleh siswa.
6.
Memuat gagasan yang bersifat tantangan dan rasa ingin
tahu siswa.
Selain kreteria
di atas, bahan ajar yang baik harus selalu berorintasi pada kurikulum dan peta
pemikiran. Ketika menjalankan tugas mengajar pada pendidikan formal atau
nonformal yang penyelenggaraannya menggunakan kurikulum, maka rujukan utama
dari bahan ajar yang disusun adalah: Standar kompetensi lulusan (SKL), SK, KD
dan Indikator serta buku pegangan utama yang digunakan.
Ada beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi
pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi
prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan.
a. Prinsip
relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada
kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Sebagai misal, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa
menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta
atau bahan hafalan.
b. Prinsip
konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa
empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat
macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah
pengertian thaharoh (bersuci), macam-macam hadats dan najis, dan cara
mensucikan dari hadats dan najis, maka materi yang diajarkan juga harus
meliputi pengertian thaharoh (bersuci), macam-macam hadats dan najis, dan cara
mensucikan dari hadats dan najis.
c. Prinsip
kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu
siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu
sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang
membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika
terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk
mempelajarinya.
Secara garis
besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi pertama-tama
mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar. Langkah
berikutnya adalah mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Langkah
ketiga memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi. Terakhir
adalah memilih sumber bahan ajar.[7]
Analisis
dan Pengembangan bahan ajar PAI adalah Kegiatan yang dilakukan oleh guru
dalam meneliti, menganalisis dan mengembangkan materi melalui penelaahan isi
Kurikulum, hakekat, tujuan dan karakteristik PAI, kompetensi yang ingin
dicapai, mulai dari analisis rumusan kompetensi lulusan (SKL); standar
kompetensi; dan Kompetensi Dasar (KD), kemudian menjabarkan materi secara
mendalam berdasarkan kompetensi secara sistematis dengan mempertimbangkan
penyajiannya.
Metode
pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan
digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara
individual atau secara kelompok. Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan, seseorang guru harus mengetahui berbagai metode. Dengan
memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode, maka seorang guru akan
lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi.
Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran.
Syarat-syarat yang harus diperhatikan
oleh seorang guru dalam penggunaan metode pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Metode
yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar
siswa.
b. Metode
yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut.
c. Metode
yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan
hasil karya.
d. Metode
yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
e. Metode
yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara
memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
f. Metode
yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap
siswa dalam kehidupan sehari-hari.[8]
Memilih berbagai metode yang tepat untuk
menciptakan proses belajar mengajar yang menarik. Ketepatan penggunaan metode
mengajar tersebut sangat tergantung kepada tujuan, isi, proses belajar
mengajar. Ditinjau dari segi penerapannya, metode-metode ada yang tepat
digunakan untuk siswa dalam jumlah besar dan ada yang tepat untuk siswa dalam
jumlah kecil. Ada juga yang tepat digunakan dalam kelas atau diluar kelas.
Dibawah ini akan diuraikan secara singkat beberapa metode mengajar.
a. Metode
Ceramah
Metode ceramah adalah suatu cara
mengajar atau penyajian materi melalui penuturan dan penerapan lisan oleh guru
kepada siswa. agar siswa efektif dalam proses belajar mengajar yang menggunakan
metode ceramah, maka siswa perlu dilatih mengembangkan keterampilan berpikir untuk
memahami suatu proses dengan cara mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan
dan mencatat penalarannya secara sistematis.[9]
Kelebihan
metode ceramah:
1) Dalam
waktu relatif singkat dapat disampaikan bahan sebanyak-banyaknya.
2) Organisasi
kelas lebih sederhana, tidak perlu mengadakan pengelompokkan murid-murid
seperti pada metode yang lain.
3) Guru
dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, walaupun jumlah murid cukup besar.
4) Apabila
penceramah berhasil baik, dapat menimbulkan semangat, kreasi yang konstruktif,
yang merangsang murid-murid untuk melaksanakan suatu tugas/pekerjaan.
Kekurangan
metode ceramah:
1) Guru
sukar untuk mengetahui pemahaman anak terhadap bahan-bahan yang diberikan.
2) Kadang-kadang
guru sangat mengejar disampaikannya bahan yang sebanyak-banyaknya, sehingga
hanya menjadi bersifat pemompaan.
3) Pendengar
cenderung menjadi pasif dan ada kemungkinan malahan kurang tepat dalam
mengambil kesimpulan, sebab guru menyampaikan bahan-bahan tersebut dengan
lisan.
4) Apabila
penceramah tidak memperhatikan segi-segi psychologies dan didaktis dari anak
didik, ceramah dapat bersifat melantur-lantur dan membosankan. Sebaliknya guru
dapat terlalu berlebih-lebihan berusaha membangkitkan minat siswa.
Langkah-Langkah/Tahap
Metode Ceramah
b. Metode
Diskusi
Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok
untuk memecahkan suatu masalah dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama
yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk merampungkan
keputusan bersama. Dalam diskusi tiap orang diharapkan memberikan sumbangan
sehingga seluruh kelompok kembali dengan pemahaman yang sama dalam suatu
keputusan atau kesimpulan.
Kelebihan
Metode Diskusi
1) Metode
diskusi data merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan
gagasan dan ide-ide.
2) Dapat
melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap
permasalahan.
3) Dapat
melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal.
Disamping itu, diskusi juga bias melatih siswa untuk menghargai pendapat orang
lain.
Kelemahan
Metode Diskusi
1) Sering
terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang
memiliki keterampilan berbicara
2) Kadang-kadang
pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
3) Memerlukan
waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang
direncanakan.
4) Dalam
diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak
terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung,
sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.
c. Metode
Kelompok
Istilah kelompok dapat diartikan sebagai
bekerjanya sejumlah siswa, baik sebagai anggota kelas secara keseluruhan atau
sudah terbagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil, untuk mencapai suatu
tujuan tertentu secara bersama-sama
Kelebihan
Metode Kelompok
1) Ditinjau
dari segi pendidikan, kegiatan kelompok murid-murid akan meningkatkan kualitas
kepribadian, seperti: kerjasama, toleransi, kritis, disiplin dan sebagainya.
2) Ditinjau
dari segi ilmu jiwa akan timbul persaingan yang positif, karena anak-anak lebih
giat bekerja dalam kelompok masing-masing.
3) Ditinjau
dari segi didaktik, bahwa anak-anak yang pandai dalam kelompoknya dapat
membantu teman-temannya yang kurang pandai, terutama dalam rangka memenangkan
“Kompetisi” antara kelompok.
Kekurangan
Metode Kelompok
1) memerlukan
persiapan-persiapan yang agak rumit apabila dibandingkan dengan metode yang
lain; misalnya metode ceramah.
2) Apabila
terjadi persaingan yang negatif, hasil pekerjaan akan lebih memburuk.
3) Bagi
anak-anak yang malas ada kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompok itu dan
kemungkinan besar akan mempengaruhi kelompok itu, sehingga usaha kelompok itu
akan gagal.
BAB III
PENUTUP
1.
Tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang hasil
pembelajaran apa yang diharapkan. Menurut Oemar
Hamalik (2005) bahwa komponen-komponen yang harus terkandung dalam tujuan pembelajaran,
yaitu:
-
perilaku terminal,
-
kondisi-kondisi ,
-
standar ukuran.
2.
Secara umum Bahan Ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/pendidik dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan
tertulis maupun bahan tidak tertulis. Secara umum wujud bahan ajar dapat
dikelompokkan menjadi empat yaitu; bahan cetak (printed); Bahan
ajar dengar (audio); bahan ajar lihat-dengar (audio visual) dan bahan ajar
interaktif.
3.
Metode pembelajaran adalah
cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru
pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara
kelompok. metode-metode ada yang tepat digunakan untuk siswa dalam jumlah besar
dan ada yang tepat untuk siswa dalam jumlah kecil ada 3 yaitu:
-
Metode ceramah
-
Metode diskusi
-
Metode kelompok
LAMPIRAN
CONTOH TUJUAN
PEMBELAJARAN, BAHAN AJAR DAN METODE PEMEBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran
1.
Siswa dapat
melafalkan surah Al Fatihah dengan harakat dan makhraj yang benar sekaligus
dapat menetapkan hukum bacaan yang ada pada surah Al Fatihah
2.
Siswa dapat
mengartikan surah Al Fatihah dengan benar
3.
Siswa dapat
menulis kata dan kalimat surah Al Fatihah dengan benar
4.
Siswa dapat
menyebutkan sekaligus memahami isi pokok surah Al Fatihah
|
Materi/ Bahan Ajar
-
Surah Al-Fatihah
|
Metode Pembelajaran
1.
Siswa berlatih melafalkan Surah Al Fatihah dengan
harakat dan makhraj yang benar
2.
Siswa berlatih melafalkan Surah Al Fatihah dengan
menerapkan hukum bacaan yang benar
3.
Siswa berlatih mengartikan Surah Al Fatihah
4.
Siswa berlatih menulis kata dan kalimat Surah Al
Fatihah
5.
Siswa Mengadakan diskusi dengan teman-temannya
mengkaji isi pokok Surah Al Fatihah
|
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Sabri. (2005). Strategi Belajar Mengajar
Micro Teaching. Quantum teaching: Jakarta
Departemen
Pendidikan Nasional. (2006). Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Hafni
Ladjid. (2005). Pengembangan Kurikulum
Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi. Quantum Teaching: Jakarta
Majid, Abdul
. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Marno. Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI pada Sekolah. Hak
Penerbitan: Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah (DITPAIS) Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam.
Sanjaya, Wina Sanjaya. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana.
Uno
B Hamzah. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Pt.Bumi Aksara: Jakarta.
[1] Hamzah B.Uno. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Pt.Bumi
Aksara: Jakarta. Hal.19
[2] Marno.( Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI pada Sekolah.
(Hak Penerbitan: Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah (DITPAIS)
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam). Hal.2
[5] Ibid. Hal.15
[7]
Departemen Pendidikan Nasional.
2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan
Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.Hal.30
[8] Ahmad Sabri. (2005) Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching.
Quantum Teaching: Jakarta. Hal.52-53
[9]
Hafni Ladjid. (2005). Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Quantum Teaching: Jakarta. Hal. 121
Langganan:
Postingan (Atom)