TEKNIK
PENYUSUNAN NASKAH SOAL
DOSEN
PENGAMPU : Dr. Hj. Muyasaroh, M.Pd.I
DISUSUN
OLEH : KELOMPOK V
SEMESTER
: IV PAI B
1.
MEDY
SUTRISNO
2.
NUR
AZIZA
3.
NURROMANTIS
SEKOLAH
TINGGI ILMU TARBIYAH AL-QUR’AN AL-ITTIFAQIAH
INDRALAYA
OGAN ILIR SUMATERA SELATAN
TAHUN
AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT,
Tuhan seluruh alam yang telah memberi penulis
kesempatan dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus
sebagai rahmat bagi semesta alam, berserta keluarga dan para sahabatnya serta
para pengikutnya yang setia sampai hari kemudian.
Makalah ini penulis buat dengan maksud untuk menyelesaikan
tugas Evaluasi . Penulis
berharap penyusunan dalam bentuk makalah ini akan memberi banyak manfaat
dan memperluas ilmu pengetahuan kita.
Akhirnya, hanya kepada Allah
SWT penulis mohon, semoga usaha ini merupakan usaha yang murni bagi-Nya dan
berguna bagi kita sekalian sampai hari kemudian.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Sebelum kita
membuat soal alangkah baiknya jika kita mengetahui alur pembuatan, pada paling
utama harus dilihat standar kompetensi-Kompetensi Dasar- (pengecekan) Indikator
– pembuatan indikator soal – barulah penyusunan Soal . Ini diharapkan tidak
terjadi kesalahan ataua ketidak tepatan dalam pembuatan butir soal. Atau juga
bisa menggunakan alur penyesuain bolak-balik terhadap kesesuaian antara
Kompetensi Dasar materi dan Standar Kompetensi, yang akhirnya menjadikan
beberapa indikator soal dan butir soal.
Pada
penulisan soal juga harus ditekankan pada hubungan antara SKL , Materi dan Penilaian.
Hal ini perlu di perhatikan guru agar soal bisa menggambakan kompetensi yang
ingin dicapai, sehingga tidak ada soal yang lari dari konsteks pembelajaran
kompensi.
Dalam penulisan soal juga harus diperhatikan beberapa urutan yaitu kita
harus memperhatikan Tujuan Tes – memperhatikan SKL – menentukan Materi –
Menentukan Kisi-kisi atau indikator – lalu baru melakukan penulisan soal-
kemudian soal di validasi – selanjutnya sola di cek kaidah penulisan soal dan
dibuatlah pedoman penskorannya.
1. Hal-hal apa
saja yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan naskah soal ujian?
2. Bagaimana
cara membuat kisi-kisi soal?
3. Bagaimana analisa
butir-butir soal ?
Ada
beberapa hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan naskah soal
ujian antara lain: [1]
1. Relevansi
soal ujian dengan tujuan pelaksanaan ujian
Dalam perencanaan tersebut seharusnya dicantumkan maksud
dilaksanakannya ujian seperti UMPTN, Ujian kenaikan kelas, atau ujian akhir,
ujian penempatan dan lain sebagainya. Dengan ditetapkannya tujuan tersebut
dapat disusun dan dikembangkan kisi-kisi soal ujian yang menggambarkan apa saja
yang harus ditanyakan dalam ujian tersebut.
2. Pemilihan
butir soal yang handal
Pemilihan butir soal yang handal maksudnya adalah
memilih dan atau menyusun soal yang handal dari segi validitas, reliabilitas
dan keterlaksanaannya. Jika kisi-kisi soal sudah ada, dan bank sudah tersedia,
maka pemilahan/pemilihan butir soal yang valid,dan
reliabel sesuai dengan pedoman yang
ditetapkan pada kisi-kisi soal dapat dilaksanakan. Bilamana bank soal belum
ada, maka penulisan soal baru harus didasarkan pada pokok bahasan dan sub-pokok
bahasan yang tercantum dalam kisi-kisi soal. Untuk meningkatkan reliabilitas pada tes bentuk obyektif dapat dilakukan dengan
meningkatkan jumlah butir soalyang ditanyakan. Adapun untuk keterlaksanaan
ujian ditentukan antara lain oleh faktor fasilitas seperti tersedianya waktu,
dana yang cukup, tenaga pelaksanan serta tempat ujian.
3. Mempersiapkan
petunjuk pelaksanaan ujian
Petunjuk pelaksanaan ujian tersebut berupa petunjuk
mengerjakan soal ujian, baik petunjuk umum yang berlaku bagi semua butir soal,
maupun petunjuk khusus yang berkenaan dengan cara-cara penyelesaian soal demi
soal.
4. Mempersiapkan
lembar jawaban
Mengingat pelaksanaan ujian diadakan berkali-kali
dalam priode tertentu, maka sebaiknya jawaban ujian tidak dituliskan pada
naskah ujian, tetapi menggunakan lembar jawaban.
Lembar jawaban ini dapat menggunakan kertas biasa,
bila hasil ujian akan diperiksa secara manual, tetapi jika lembar jawaban ujian
diperiksa dengan alat canggihseperti scanning
machine harus menggunakan kertas khusus yang dapat dibeli di totko/ agen
komputer.
Contoh lembar jawaban:
Nama :
.................................... Mata Ujian : .................................
No.Induk :
................................ Kelas : .............................
NO
|
A
|
B
|
C
|
D
|
1
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
6
|
|
|
|
|
7
|
|
|
|
|
8
|
|
|
|
|
9
|
|
|
|
|
10
|
|
|
|
|
NO
|
A
|
B
|
C
|
D
|
11
|
|
|
|
|
12
|
|
|
|
|
13
|
|
|
|
|
14
|
|
|
|
|
15
|
|
|
|
|
16
|
|
|
|
|
17
|
|
|
|
|
18
|
|
|
|
|
19
|
|
|
|
|
20
|
|
|
|
|
5. Pengorganisasian
peserta Ujian
Biasanya ujian teori dilakukan bersama-sama walaupun
jumlahnya banyak, akan tetapi untuk ujian praktek harus dilakukan secara
bertahap. Peserta biasanya dikelompokkan, karena keterbatasan sumber daya
manusia. Pengorganisasian peserta ujian harus diatur seara rapi untuk menjaga
kerahasiaan dan menghindari pelanggaran tata tertib ujian.
6. Pemberitahuan
pelaksanaan ujian
Pemberitahuan pelaksanaan ujian disampaikan kepada
peserta didik/ peserta ujian dengan sedini mungkin, agar mereka dapat
mempersiapkan segalanya jauh lebih awal. Pemberitahuan tersebut dapat dilakukan
pada pertemuan awal yaitu pada awal semester, awal catur wulan.
Apabila ujian melibatkan banyak peserta dan banyak
pengawas, maka pedoman kepengawasan harus dikembangkan. Semua petugas dan
panitia dilatih untuk melaksanakan tugasnya. Sekiranya petugas harus menguji
dalam bentuk tim, maka setiap anggota tim harus jelas apa yang menjadi tugasnya
dan ia terampil mengerjakan apa yang dibebankan kepadanya. [2]
Salah satu kebiasaan buruk dalam
menyusun soal ujian adalah kebiasaan membuat soal secara tergesa-gesa karena
banyaknya pekerjaan lain yang akan dilakukan olehnya. Akibatnya acak kali soaal
dibuat seadanya dengan mencuplik materi dan diktat atau buku lainnya. Dan acap
kali tanpa disadari terdapat pokok-pokok bahasan yang tidak ditanyakan,
sehingga dari materi yang diujikan terdapat materi yang tidak terwakili dalam
ujian padahal seyonginya semua pokok bahasan harus terwakili dalam ujian
sehingga ujian tersebut dapat dikatakan ujian yang bersifat resprentatif. [3]
Apa pun materi yang diujikan,
hakikatnya didasarkan pada materi perkuliahan dan buku bacaan wajib serta
sejumlah handout yang dibagikan.
Materi perkuliahan yang sifatnya must
know (harus diketahui) merupakan materi terpenting dan karenanya harus
ditanyakan paling banyak dalam ujian. Materi nice to know (sebaiknya diketahui) adalah materi yang sebaiknya
diketahui pula oleh mahasiswa untuk memperkaya wawasan ilmunya serta
memperjelas materi must know yang
dipersyaratkan. Materi just know (tambahan
pengetahuan) bukanlah materi yang ada sangkut pautnya dengan pokok bahasan
maupun sasaran belajar. Materi seperti ini dapat merupakan intermezo dalam perkuliahandan karenanya tidak perluditanyakan
dalam ujian. Suatu ujian dikatakan seimbang apabilal pokok bahasan terpenting
juga ditanyakan paling banyak.
Selain dari syarat-syarat yang telah
dijelaskan di atas, suatu ujian dikatakan bermutu apabila ujian tersebut
terdiri atas serangkaian soal yang telah diorganisasikan dalam suatu struktur
soal sedemikian rupa sehingga rangkaian soal itu akan menunjukkan representatif, seimbang dan relevansi
dengan sasaran belajar sekaligus. Tanpa struktur soal, rangkaian soal itu akan
tidak terorganisasi, sehingga bisa saja soal itu respresentatif tetapi tidak
seimbang dan sebaliknya. Dapat pula soal-soal tersebut representatif dan
seimbang tetapi kurang relevan dengan sasaran belajar. Demikian seterusnya
sehingga ujian tidak memenuhi syarat-syarat ujian yang bermutu seperti yang
telah dijelaskan.
Dalam membuat struktyr soal, perlu
dibuat kisi-kisi spesifikasi soal dengan absis adalah tingkat kedua kemampuan
kognitif dan orditnya adalah seluruh pokok dan kuliah. Resultan dari absis dan
ordinat itu akan menunjukkan beberapa jumlah soal yang harus dibuat dalam satu
pokok bahasan tertentu untuk satu tingkat kemampuan belajar.
Harus disadari bahwa setiap soal
mempunyai relevansidengan sasaran belajar masing-masing. Setiap soal dirancang
untuk mencapai sasaran belajar tertentu. Karena parameter penghargaan yang akan
diberikan pada peserta didikditetapkan berdasarkan kesesuaian antara kemampuan
kognitif yang telah ditetapkan dalam sasaran belajar. Apabila kemampuan
kognitif dalam soal sesuai dengan kemampuan kognitif yang diminta dalam sasaran
belajar dan peserta didik mampu menjawab soal dengan baik, berarti peserta
didik itu mampu mencapai sasaran belajar yang ditetapkan.
Harus disadari pula bahwa setiap soal
masing-masing mempunyai derajat kesukaran untuk menjawabnya. Soal dengan
derajat kesukaran yang tinggi tentu saja memerlukan waktu dan kemampuan
berpikir yang lebih tinggi untuk menjawabnya daripada suatu soal yang derajat
kesukarannya untuk rendah.
Kisi-kisi adalah suatu
format atau matriks yang memuat kriteria tentang soal-soal yang diperlukan
atau yang hendak disusun. Kisi-kisi juga dapat
diartikan test blue-print atau table of specification merupakan
deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan.Wujudnya adalah sebuah tabel
yang memuat tentang perperincian materi dan tingkah laku beserta
imbangan/proporsi yang dikehendaki oleh penilai. Tiap kotak diisi dengan
bilangan yang menunjukkan jumlah soal (Suhasimi, 2007:185). Tujuan
penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk
dalam menulis soal.
Sebagaiman dijelaskan diatas
bahwa untuk memudahkan penyusunan naskah soal, langkah yang pertama dilakukan
adalah membuat kisi-kisi soal. Tujuan kisi-kisi tersebut adalah untuk
merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan dari bagian-bagian tes,
sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif dan efesien
bagi penyusun tes.
Dalam menyusun kisi-kisi
soal harus tergambar dalam tabel analisis ganda, sekurang-kurangnya terdiri
dari 2 (dua) aspek yaitu: Aspek isi pengetahuan dan aspek tujuan yang
dirumuskan dalam tujuan pembelajaran khusus (TPK) dan diformulasikan dari
taksonomi bloom’s. Adapun fungsi dari
kisi-kisi soal adalah sebagai berikut:
1.
Panduan/pedoman dalam penulisan
soal yang hendak disusun
2.
Penulis soal akan menghasilkan soal-soal
yang sesuai dengan tujuan tes.
3. Penulis soal yang berbeda akan menghasilkan perangkat soal yang relatif
sama
Penulisan kisi-kisi
berfungsi untuk menselaraskan perangkat soal, sehingga hal ini juga akan
mempermudah dalam proses evaluasi. Kisi-kisi
yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini:
1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum
atau materi yang telah diajarkan secara tepat dan proporsional.
2.
Komponen-komponennya
diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
3.
Materi
yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.
Penulisan kisi-kis soal adalah
kerangka dasar yang dipergunakan untuk penyusunan soal dalam evaluasi proses
pendidikan dan pembelajaran. Dengan kisi-kisi soal ini, maka seorang guru
dengan mudah dapat menyusun soal-soal evaluasi. Kisi-kisi soal inilah yang
memberikan batasan guru dalam menyusun soal evaluasi. Dengan kisi-kisi
penulisan soal maka tidak akan terjadi penyimpangan tujuan dan sasaran dari
penulisan soal untuk evaluasi penulisan soal. Guru hanya mengikuti arah dan isi
yang diharapkan dalam kisi-kisi penulsan soal yang dimaksudkan. Dalam penulisan
kisi-kisi soal, guru harus memperhatikan hal-hal berikut:
a.
Nama sekolah
Nama sekolah ini menunjukkan tempat penyelenggaraan pendidikan dan
pembelajaran yang akan dievaluasi proses pembelajarannya. Ini merupakan
identitas sekolah.
b.
Satuan pendidikan
Satuan pendidikan menunjukkan tingkatan pendidikan yang menyelenggarakan
proses pendidikan dan akan dievaluasi. Satuan pendidikan
ini misalnya SD, SMP, SMA/SMK.
c.
Mata Pelajaran
Mata
pelajaran yang dimaksudkan dalam hal ini adalah mata pelajaran yang akan
dibuatkan kisi-kisi soal dan dievaluasi hasil belajar anak-anak. Misalnya
Matematika.
Kelas/semester
d.
Kelas/semester menunjukkan tingkatan yang akan
dievaluasi, dengan menvantumkan kelas atau semsester ini, maka kita semakin
tahu batasan materi yang akan kita jadikan soal evaluasi proses.
e.
Kurikulum acuan
Seperti yang
kita ketahui model kurikulum di negeri ini selalu berganti, akhirnya ada tumpah
tindih antara kurikulum yang digunakan dan kurikulum baru. Untuk hal tersebut
maka kita informasikan kurikulum yang digunakan dalam penyusunan kisi-kisi
penulisan soal. Misalny, KTSP.
f.
Alokasi waktu
Alokasi
waktu ini ditulis sebagai penyediaan waktu untuk penyelesaian soal. Dengan
alokasi ini, maka kita dapa memperkirakan kesulitan soal. Dan jumlah soal yang
harus dibuat guru agar anak-anak tidak kehabisan waktu saat mengerjakan soal.
g.
Jumlah soal
Jumlah soal
menunjukkan berapa banyak soal yang harus dibuat dan dikerjakan anak-anak
sesuai dengan jatah alokasi waktu yang sudah dikerjakan untuk ujian bersangkutan.
Dalam hal ini guru sudah memperkirakan penggunaan waktu untk masing-masing
soal.
h.
Penulis/guru mata pelajaran
Ini
menunjukkan identias guru mata pelajaran atau penulis kisi-kisi soal. Hal ini
sangat penting untuk mengetahui tingkat kelayakan seseorang dalam penuisan
kisi-kisi dan soalnya.
i.
Standar kompetensi
Standar
kompetensi menunjukan kondis standar yang akan dicapai oleh peserta didik
setelah mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan standar kompetensi
ini maka guru dan anak didik dapat mempersiapakan segala yang harus dilakukan.
j.
Kompetensi dasar
Kompetensi
dasar menunjukkan hal yang seharusnya dimiliki oleh anak didik setelah
mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran. Dalam penulisan kisi-kisi soal
aspek ini kita munculkan untuk mengevaluasi tingkat pencapaiannya.
Materi
pelajaran
k.
Ini menunjukkan semua materi yang diberkan
untuk proses pendidikan dan pembelajaran. Dalam penulisan kisi-kisi soal,
aspek ini merupakan batasan isi dari materi pelajaran yang kita jadikan soal.
l.
Indikator soal
Indicator
soal menunjukan perkiraan kondisi yang diambil dalam soal
ujian. Indikasi yang bagaimana dari materi pelajaran yang
diterapkan disekolah.
m.
Bentuk soal
Bentuk soal
yang dimaksudkan adalah subjektif tes atau objektif tes. Untuk memudahkan
kita dalam menyusun soal, maka kita harus menentukan bentuk yes dalam setiap
materi pelajaran yang kita ujikan dalam proses evaluasi.
n.
Nomor soal
Nomor soal
menunjukkan urutan soal untuk materi atau soal yang guru buat. Dal hal ini,
setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar, penulisan nomor soal
dikisi-kisi penulisan soal tidak selalu berurutan.guru dapat menulis secara
acak. Misalnya, standar kompetensi A dan komptensi dasar A1 dapat
saja diletakkan pada nomor 3 dan seterusnya sehingga tidak selalu standar kompetensi
pertama dan kompetensir dasar pertama harus diurutkan di nomor satu.
Analisis
butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan
informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan kita susun.
Analisis butir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item
soal benar-benar baik, sehingga diperlukan analisis terhadapnya.
Analisis item soal terutama dapat dilakukan untuk tes objektif. Dimana tes objektif merupakan alat evaluasi (hasil belajar mengajar) yang mengukur kepada objek-objeknya. Hal ini tidak berarti bahwa tes uraian tidak dapat di analisis, akan tetapi memang dalam menganalisis butir tes uraian belum ada pedoman secara standar.
Tentang kegunaan analisis terhadap item soal pada umumnya dilakukan terhadap beberapa hal yaitu:
Analisis item soal terutama dapat dilakukan untuk tes objektif. Dimana tes objektif merupakan alat evaluasi (hasil belajar mengajar) yang mengukur kepada objek-objeknya. Hal ini tidak berarti bahwa tes uraian tidak dapat di analisis, akan tetapi memang dalam menganalisis butir tes uraian belum ada pedoman secara standar.
Tentang kegunaan analisis terhadap item soal pada umumnya dilakukan terhadap beberapa hal yaitu:
- Seberapa
besar tingkat kesukaran pada butir/item soal
- Apakah
butir item itu mampu membedakan kemampuan antara siswa pandai dan kurang
pandai.
- Apakah
butir item tersebut menggunakan distraktor yang baik atau belum.
Maka dari
itu dengan analisis item soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan
sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan. Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh
Anastasia dan Urbina (1997) dalam Suprananto (2012), analisis butir soal
memiliki banyak manfaat, diantaranya yakni:
a. Membantu
pengguna tes dalam mengevaluasi kualitas tes yang digunakan,
b. relevan bagi
penyusunan tes informal seperti tes yang disiapkan guru untuk siswa dikelas,
c. mendukung
penulisan butir soal yang efektif,
d. secara
materi dapat memperbaiki tes di kelas,
e. meningkatkan
validitas soal dan reliabilitas.
Linn dan
Gronlund (1995) dalam Suprananto (2012: 163), menambahkan bahwa pelaksanaan
kegiatan analisis butir soal, biasanya didesain untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut:
a) Apakah
fungsi soal sudah tepat?
b) Apakah soal
telah memiliki tingkat kesukaran yang tepat?
c) Apakah soal
bebas dari hal-hal yang tidak relevan?
d) Apakah
pilihan jawabannya efektif?
Selain itu, data hasil analisis
butir soal juga sangat bermanfaat sebagai dasar untuk:
1)
Diskusi tentang efisien hasil tes,
2)
kerja remedial
3)
peningkatan secara umum pembelajaran di kelas,
4)
peningkatan keterampilan pada kontruksi tes.
Macam-macam Analisis Butir Soal
dibagi menjadi 2 macam yaitu:
a. Teknik
Analisis Secara Kualitatif. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk
menganalisis butir soal secara kualitatif, yakni teknik moderator dan panel.
Teknik moderator merupakan teknik berdiskusi yang didalamnya terdapat satu
orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik ini, setiap butir soal
didiskusikan secara bersama dengan beberapa ahli, seperti guru yang mengajarkan
materi, ahli materi, penyusun atau pengembang kurikulum, ahli penilaian, ahli
bahasa dan orang yang memiliki latar belakang psikologi. Teknik ini sangat
baik, karena didiskusikan dan ditelaah secara bersama-sama, namun teknik
tersebut memiliki kelemahan karena memerlukan waktu lama untuk mendiskusikan
setiap satu butir soal.
Teknik berikutnya adalah teknik panel.
Teknik panel merupakan suatu teknik yang menelaah butir soal berdasarkan kaidah
penulisan butir soal. Kaidah itu diantaranya materi, kontruksi, bahasa atau
budaya, kebenaran kunci jawaban atau pedoman penskoran. Caranya beberapa
penelaah diberikan butir-butir soal yang akan ditelaah, format penelaahan dan
pedoman penilaian atau penelaahan. Tahap awal, semua orang yang terlibat dalam
kegiatan penelaahan disamakan persepsinya, kemudian mereka bekerja
sendiri-sendiri di tempat berbeda. Para penelaah dipersilahkan memperbaiki
langsung pada teks soal dan memberikan nilai pada setiap butir soal dengan
kriteria soal baik, perlu diperbaiki atau diganti (Suprananto, 2012).
b. Teknik
Analisis Secara Kuantitatif
Penelaahan soal secara kuantitatif adalah penelaahan butir soal berdasarkan
pada data empirik. Data empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan.
Ada dua pendekatan dalam analisis secara kuantitatif, yaitu pendekatan secara
klasik dan modern. Analisis butir soal secara klasik adalah proses penelaahan butir
soal melalui informasi dari jawaban peserta tes guna meningkatkan mutu butir
soal yang bersangkutan dengan menggunakan teori klasik. Kelebihan dari analisis
ini yakni, murah, sederhana, familiar, dapat dilaksanakan sehari-hari dengan
cepat menggunakan komputer dapat menggunakan data dari beberapa peserta tes
atau sampel kecil. Hal tersebut telah dikemukakan oleh Millman dan Greene
(1993) dalam Suprananto, (2012). Selanjutnya analisis butir soal secara modern
adalah penelaahan butir soal dengan menggunakan teori respon butir atau Item
Response Theory (IRT). Teori ini merupakan suatu teori yang
menggunakan fungsi matematika untuk menghubungkan antara peluang menjawab benar
suatu butir dengan kemampuan siswa.
BAB III
PENUTUP
1. Ada
beberapa hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan naskah soal
ujian antara lain
a.
Relevansi soal ujian dengan tujuan
pelaksanaan ujian
b.
Pemilihan butir soal yang handal
c.
Mempersiapkan petunjuk pelaksanaan ujian
d.
Mempersiapkan lembar jawaban
e.
Pengorganisasian peserta Ujian
f.
Pemberitahuan pelaksanaan ujian
2. Kisi-kisi
adalah suatu format atau matriks yang memuat kriteria tentang soal-soal yang
diperlukan atau yang hendak disusun.
3. Analisis
butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan
informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan kita susun.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
Z. (2012). Evalusi Pembelajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muyasaroh.
(2016). Evaluasi Program Pembelajaran
Tahfiz l-Quran. Indralaya: Ittifaqiah Press-Haqqiena Media
Uno.
B Hamzah. ( 2006). Perencanaan Pembelajran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sakni
Ridwan. (2008). Pengembangan Sistem
Evaluasi Pendidikan. Palembang: P3RF IAIN Raden Fatah Press
Sukarsina
Arikunto. (1984). Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar