Mengenai Saya

Foto saya
Ogan Ilir, Sumatera Selatan , Indonesia
Saya Dilahirkan di desa Sukaraja Baru pada tanggal 21 januari 1996. Nama ayah saya Sumirat dan Ibu saya Sulaili . Aku mempunyai Banyak saudara

Kamis, 04 Mei 2017

TEKNIK PENYUSUNAN NASKAH SOAL

TEKNIK PENYUSUNAN NASKAH SOAL



                                                         






DOSEN PENGAMPU : Dr. Hj. Muyasaroh, M.Pd.I
DISUSUN OLEH : KELOMPOK V
SEMESTER : IV PAI B
1.      MEDY SUTRISNO
2.      NUR AZIZA
3.      NURROMANTIS



SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-QUR’AN AL-ITTIFAQIAH
INDRALAYA OGAN ILIR  SUMATERA SELATAN
TAHUN AKADEMIK 2016/2017


KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam yang telah memberi penulis  kesempatan dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam, berserta keluarga dan para sahabatnya serta para pengikutnya yang setia sampai hari kemudian.
Makalah ini penulis  buat dengan maksud untuk menyelesaikan tugas  Evaluasi  . Penulis  berharap penyusunan dalam bentuk makalah ini akan memberi banyak manfaat dan memperluas ilmu pengetahuan kita.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis mohon, semoga usaha ini merupakan usaha yang murni bagi-Nya dan berguna bagi kita sekalian sampai hari kemudian.



DAFTAR ISI





BAB I

PENDAHULUAN

Sebelum kita membuat soal alangkah baiknya jika kita mengetahui alur pembuatan, pada paling utama harus dilihat standar kompetensi-Kompetensi Dasar- (pengecekan) Indikator – pembuatan indikator soal – barulah penyusunan Soal . Ini diharapkan tidak terjadi kesalahan ataua ketidak tepatan dalam pembuatan butir soal. Atau juga bisa menggunakan alur penyesuain bolak-balik terhadap kesesuaian antara Kompetensi Dasar materi dan Standar Kompetensi, yang akhirnya menjadikan beberapa indikator soal dan butir soal.
Pada penulisan soal juga harus ditekankan pada hubungan antara SKL , Materi dan Penilaian. Hal ini perlu di perhatikan guru agar soal bisa menggambakan kompetensi yang ingin dicapai, sehingga tidak ada soal yang lari dari konsteks pembelajaran kompensi.
Dalam penulisan soal juga harus diperhatikan beberapa urutan yaitu kita harus memperhatikan Tujuan Tes – memperhatikan SKL – menentukan Materi – Menentukan Kisi-kisi atau indikator – lalu baru melakukan penulisan soal- kemudian soal di validasi – selanjutnya sola di cek kaidah penulisan soal dan dibuatlah pedoman penskorannya.

1.      Hal-hal apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan naskah soal ujian?
2.      Bagaimana cara membuat kisi-kisi soal?
3.      Bagaimana analisa butir-butir soal ?






          Ada beberapa hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan naskah soal ujian antara lain: [1]
1.      Relevansi soal ujian dengan tujuan pelaksanaan ujian
Dalam perencanaan tersebut seharusnya dicantumkan maksud dilaksanakannya ujian seperti UMPTN, Ujian kenaikan kelas, atau ujian akhir, ujian penempatan dan lain sebagainya. Dengan ditetapkannya tujuan tersebut dapat disusun dan dikembangkan kisi-kisi soal ujian yang menggambarkan apa saja yang harus ditanyakan dalam ujian tersebut.
2.      Pemilihan butir soal yang handal
Pemilihan butir soal yang handal maksudnya adalah memilih dan atau menyusun soal yang handal dari segi validitas, reliabilitas dan keterlaksanaannya. Jika kisi-kisi soal sudah ada, dan bank sudah tersedia, maka pemilahan/pemilihan butir soal yang valid,dan reliabel sesuai dengan pedoman yang ditetapkan pada kisi-kisi soal dapat dilaksanakan. Bilamana bank soal belum ada, maka penulisan soal baru harus didasarkan pada pokok bahasan dan sub-pokok bahasan yang tercantum dalam kisi-kisi soal. Untuk meningkatkan reliabilitas pada tes bentuk obyektif dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah butir soalyang ditanyakan. Adapun untuk keterlaksanaan ujian ditentukan antara lain oleh faktor fasilitas seperti tersedianya waktu, dana yang cukup, tenaga pelaksanan serta tempat ujian.
3.      Mempersiapkan petunjuk pelaksanaan ujian
Petunjuk pelaksanaan ujian tersebut berupa petunjuk mengerjakan soal ujian, baik petunjuk umum yang berlaku bagi semua butir soal, maupun petunjuk khusus yang berkenaan dengan cara-cara penyelesaian soal demi soal.
4.      Mempersiapkan lembar jawaban
Mengingat pelaksanaan ujian diadakan berkali-kali dalam priode tertentu, maka sebaiknya jawaban ujian tidak dituliskan pada naskah ujian, tetapi menggunakan lembar jawaban.
Lembar jawaban ini dapat menggunakan kertas biasa, bila hasil ujian akan diperiksa secara manual, tetapi jika lembar jawaban ujian diperiksa dengan alat canggihseperti scanning machine harus menggunakan kertas khusus yang dapat dibeli di totko/ agen komputer.
Contoh lembar jawaban:
Nama              : ....................................  Mata Ujian : .................................
No.Induk        : ................................   Kelas              : .............................
NO
A
B
C
D
1




2




3




4




5




6




7




8




9




10




NO
A
B
C
D
11




12




13




14




15




16




17




18




19




20





5.      Pengorganisasian peserta Ujian
Biasanya ujian teori dilakukan bersama-sama walaupun jumlahnya banyak, akan tetapi untuk ujian praktek harus dilakukan secara bertahap. Peserta biasanya dikelompokkan, karena keterbatasan sumber daya manusia. Pengorganisasian peserta ujian harus diatur seara rapi untuk menjaga kerahasiaan dan menghindari pelanggaran tata tertib ujian.
6.      Pemberitahuan pelaksanaan ujian
Pemberitahuan pelaksanaan ujian disampaikan kepada peserta didik/ peserta ujian dengan sedini mungkin, agar mereka dapat mempersiapkan segalanya jauh lebih awal. Pemberitahuan tersebut dapat dilakukan pada pertemuan awal yaitu pada awal semester, awal catur wulan.
Apabila ujian melibatkan banyak peserta dan banyak pengawas, maka pedoman kepengawasan harus dikembangkan. Semua petugas dan panitia dilatih untuk melaksanakan tugasnya. Sekiranya petugas harus menguji dalam bentuk tim, maka setiap anggota tim harus jelas apa yang menjadi tugasnya dan ia terampil mengerjakan apa yang dibebankan kepadanya. [2]

          Salah satu kebiasaan buruk dalam menyusun soal ujian adalah kebiasaan membuat soal secara tergesa-gesa karena banyaknya pekerjaan lain yang akan dilakukan olehnya. Akibatnya acak kali soaal dibuat seadanya dengan mencuplik materi dan diktat atau buku lainnya. Dan acap kali tanpa disadari terdapat pokok-pokok bahasan yang tidak ditanyakan, sehingga dari materi yang diujikan terdapat materi yang tidak terwakili dalam ujian padahal seyonginya semua pokok bahasan harus terwakili dalam ujian sehingga ujian tersebut dapat dikatakan ujian yang bersifat resprentatif. [3]
          Apa pun materi yang diujikan, hakikatnya didasarkan pada materi perkuliahan dan buku bacaan wajib serta sejumlah handout yang dibagikan. Materi perkuliahan yang sifatnya must know (harus diketahui) merupakan materi terpenting dan karenanya harus ditanyakan paling banyak dalam ujian. Materi nice to know (sebaiknya diketahui) adalah materi yang sebaiknya diketahui pula oleh mahasiswa untuk memperkaya wawasan ilmunya serta memperjelas materi must know yang dipersyaratkan. Materi just know (tambahan pengetahuan) bukanlah materi yang ada sangkut pautnya dengan pokok bahasan maupun sasaran belajar. Materi seperti ini dapat merupakan intermezo dalam perkuliahandan karenanya tidak perluditanyakan dalam ujian. Suatu ujian dikatakan seimbang apabilal pokok bahasan terpenting juga ditanyakan paling banyak.
          Selain dari syarat-syarat yang telah dijelaskan di atas, suatu ujian dikatakan bermutu apabila ujian tersebut terdiri atas serangkaian soal yang telah diorganisasikan dalam suatu struktur soal sedemikian rupa sehingga rangkaian soal itu akan menunjukkan representatif, seimbang dan relevansi dengan sasaran belajar sekaligus. Tanpa struktur soal, rangkaian soal itu akan tidak terorganisasi, sehingga bisa saja soal itu respresentatif tetapi tidak seimbang dan sebaliknya. Dapat pula soal-soal tersebut representatif dan seimbang tetapi kurang relevan dengan sasaran belajar. Demikian seterusnya sehingga ujian tidak memenuhi syarat-syarat ujian yang bermutu seperti yang telah dijelaskan.
          Dalam membuat struktyr soal, perlu dibuat kisi-kisi spesifikasi soal dengan absis adalah tingkat kedua kemampuan kognitif dan orditnya adalah seluruh pokok dan kuliah. Resultan dari absis dan ordinat itu akan menunjukkan beberapa jumlah soal yang harus dibuat dalam satu pokok bahasan tertentu untuk satu tingkat kemampuan belajar.
          Harus disadari bahwa setiap soal mempunyai relevansidengan sasaran belajar masing-masing. Setiap soal dirancang untuk mencapai sasaran belajar tertentu. Karena parameter penghargaan yang akan diberikan pada peserta didikditetapkan berdasarkan kesesuaian antara kemampuan kognitif yang telah ditetapkan dalam sasaran belajar. Apabila kemampuan kognitif dalam soal sesuai dengan kemampuan kognitif yang diminta dalam sasaran belajar dan peserta didik mampu menjawab soal dengan baik, berarti peserta didik itu mampu mencapai sasaran belajar yang ditetapkan.
          Harus disadari pula bahwa setiap soal masing-masing mempunyai derajat kesukaran untuk menjawabnya. Soal dengan derajat kesukaran yang tinggi tentu saja memerlukan waktu dan kemampuan berpikir yang lebih tinggi untuk menjawabnya daripada suatu soal yang derajat kesukarannya untuk rendah.
          Kisi-kisi adalah suatu format atau matriks yang memuat kriteria tentang soal-soal yang diperlukan atau    yang hendak disusun. Kisi-kisi juga dapat diartikan test blue-print atau table of specification merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan.Wujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian materi dan tingkah laku beserta imbangan/proporsi yang dikehendaki oleh penilai. Tiap kotak diisi dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal (Suhasimi, 2007:185). Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk dalam menulis soal.
          Sebagaiman dijelaskan diatas bahwa untuk memudahkan penyusunan naskah soal, langkah yang pertama dilakukan adalah membuat kisi-kisi soal. Tujuan kisi-kisi tersebut adalah untuk merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan dari bagian-bagian tes, sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif dan efesien bagi penyusun tes.
          Dalam menyusun kisi-kisi soal harus tergambar dalam tabel analisis ganda, sekurang-kurangnya terdiri dari 2 (dua) aspek yaitu: Aspek isi pengetahuan dan aspek tujuan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran khusus (TPK) dan diformulasikan dari taksonomi bloom’s.  Adapun fungsi dari kisi-kisi soal adalah sebagai berikut:
1. Panduan/pedoman dalam penulisan soal  yang hendak disusun
2. Penulis soal akan menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes.
3. Penulis soal yang berbeda akan menghasilkan perangkat soal yang relatif sama
          Penulisan kisi-kisi berfungsi untuk menselaraskan perangkat soal, sehingga hal ini juga akan mempermudah dalam proses evaluasi. Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini:
1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat dan proporsional.
2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.
3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.
          Penulisan kisi-kis soal adalah kerangka dasar yang dipergunakan untuk penyusunan soal dalam evaluasi proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan kisi-kisi soal ini, maka seorang guru dengan mudah dapat menyusun soal-soal evaluasi. Kisi-kisi soal inilah yang memberikan batasan guru dalam menyusun soal evaluasi. Dengan kisi-kisi penulisan soal maka tidak akan terjadi penyimpangan tujuan dan sasaran dari penulisan soal untuk evaluasi penulisan soal. Guru hanya mengikuti arah dan isi yang diharapkan dalam kisi-kisi penulsan soal yang dimaksudkan. Dalam penulisan kisi-kisi soal, guru harus memperhatikan hal-hal berikut:
a.  Nama sekolah
Nama sekolah ini menunjukkan tempat penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang akan dievaluasi proses pembelajarannya. Ini merupakan identitas sekolah.
b. Satuan pendidikan
Satuan pendidikan menunjukkan tingkatan pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dan akan dievaluasi. Satuan pendidikan ini  misalnya SD, SMP, SMA/SMK.
c.  Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang dimaksudkan dalam hal ini adalah mata pelajaran yang akan dibuatkan kisi-kisi soal dan dievaluasi hasil belajar anak-anak. Misalnya Matematika.
Kelas/semester
d.      Kelas/semester menunjukkan tingkatan yang akan dievaluasi, dengan menvantumkan kelas atau semsester ini, maka kita semakin tahu batasan materi yang akan kita jadikan soal evaluasi proses.
e.       Kurikulum acuan
Seperti yang kita ketahui model kurikulum di negeri ini selalu berganti, akhirnya ada tumpah tindih antara kurikulum yang digunakan dan kurikulum baru. Untuk hal tersebut maka kita informasikan kurikulum yang digunakan dalam penyusunan kisi-kisi penulisan soal. Misalny, KTSP.
f.       Alokasi waktu
Alokasi waktu ini ditulis sebagai penyediaan waktu untuk penyelesaian soal. Dengan alokasi ini, maka kita dapa memperkirakan kesulitan soal. Dan jumlah soal yang harus dibuat guru agar anak-anak tidak kehabisan waktu saat mengerjakan soal.
g.      Jumlah soal
Jumlah soal menunjukkan berapa banyak soal yang harus dibuat dan dikerjakan anak-anak sesuai dengan jatah alokasi waktu yang sudah dikerjakan untuk ujian bersangkutan. Dalam hal ini guru sudah memperkirakan penggunaan waktu untk masing-masing soal.
h.      Penulis/guru mata pelajaran
Ini menunjukkan identias guru mata pelajaran atau penulis kisi-kisi soal. Hal ini sangat penting untuk mengetahui tingkat kelayakan seseorang dalam penuisan kisi-kisi dan soalnya.
i.         Standar kompetensi
Standar kompetensi menunjukan kondis standar yang akan dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan standar kompetensi ini maka guru dan anak didik dapat mempersiapakan segala yang harus dilakukan.
j.        Kompetensi dasar
Kompetensi dasar menunjukkan hal yang seharusnya dimiliki oleh anak didik setelah mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran. Dalam penulisan kisi-kisi soal aspek ini kita munculkan untuk mengevaluasi tingkat pencapaiannya.
Materi pelajaran
k.      Ini menunjukkan semua materi yang  diberkan untuk proses pendidikan dan pembelajaran. Dalam penulisan kisi-kisi soal, aspek ini merupakan batasan isi dari materi pelajaran yang kita jadikan soal.
l.        Indikator soal
Indicator soal menunjukan perkiraan kondisi yang diambil dalam soal ujian.   Indikasi yang bagaimana dari materi pelajaran yang diterapkan disekolah.
m.    Bentuk soal
Bentuk soal yang dimaksudkan adalah subjektif tes atau objektif tes. Untuk memudahkan kita dalam menyusun soal, maka kita harus menentukan bentuk yes dalam setiap materi pelajaran yang kita ujikan dalam proses evaluasi.
n.      Nomor soal
Nomor soal menunjukkan urutan soal untuk materi atau soal yang guru buat. Dal hal ini, setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar, penulisan nomor soal dikisi-kisi penulisan soal tidak selalu berurutan.guru dapat menulis secara acak. Misalnya,  standar kompetensi A dan komptensi dasar A1 dapat saja diletakkan pada nomor 3 dan seterusnya sehingga tidak selalu standar kompetensi pertama dan kompetensir dasar pertama harus diurutkan di nomor satu.

Analisis butir soal merupakan suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang akan kita susun. Analisis butir soal pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui apakah setiap item soal benar-benar baik, sehingga diperlukan analisis terhadapnya.
Analisis item soal terutama dapat dilakukan untuk tes objektif. Dimana tes objektif merupakan alat evaluasi (hasil belajar mengajar) yang mengukur kepada objek-objeknya. Hal ini tidak berarti bahwa tes uraian tidak dapat di analisis, akan tetapi memang dalam menganalisis butir tes uraian belum ada pedoman secara standar.
Tentang kegunaan analisis terhadap item soal pada umumnya dilakukan terhadap beberapa hal yaitu:
-          Seberapa besar tingkat kesukaran pada butir/item soal
-          Apakah butir item itu mampu membedakan kemampuan antara siswa pandai dan kurang pandai.
-          Apakah butir item tersebut menggunakan distraktor yang baik atau belum.
Maka dari itu dengan analisis item soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan.  Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh Anastasia dan Urbina (1997) dalam Suprananto (2012), analisis butir soal memiliki banyak manfaat, diantaranya yakni:
a.       Membantu pengguna tes dalam mengevaluasi kualitas tes yang digunakan,
b.      relevan bagi penyusunan tes informal seperti tes yang disiapkan guru untuk siswa dikelas,
c.       mendukung penulisan butir soal yang efektif,
d.      secara materi dapat memperbaiki tes di kelas,
e.        meningkatkan validitas soal dan reliabilitas.
Linn dan Gronlund (1995) dalam Suprananto (2012: 163), menambahkan bahwa pelaksanaan kegiatan analisis butir soal, biasanya didesain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
a)      Apakah fungsi soal sudah tepat?
b)      Apakah soal telah memiliki tingkat kesukaran yang tepat?
c)      Apakah soal bebas dari hal-hal yang tidak relevan?
d)     Apakah pilihan jawabannya efektif?
Selain itu, data hasil analisis butir soal juga sangat bermanfaat sebagai dasar untuk:
1)      Diskusi tentang efisien hasil tes,
2)       kerja remedial
3)      peningkatan secara umum pembelajaran di kelas,
4)      peningkatan keterampilan pada kontruksi tes.
Macam-macam Analisis Butir Soal dibagi menjadi 2 macam yaitu: 
a.       Teknik Analisis Secara Kualitatif. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis butir soal secara kualitatif, yakni teknik moderator dan panel. Teknik moderator merupakan teknik berdiskusi yang didalamnya terdapat satu orang sebagai penengah. Berdasarkan teknik  ini, setiap butir soal didiskusikan secara bersama dengan beberapa ahli, seperti guru yang mengajarkan materi, ahli materi, penyusun atau pengembang kurikulum, ahli penilaian, ahli bahasa dan orang yang memiliki latar belakang psikologi. Teknik ini sangat baik, karena didiskusikan dan ditelaah secara bersama-sama, namun teknik tersebut memiliki kelemahan karena memerlukan waktu lama untuk mendiskusikan setiap satu butir soal.
Teknik berikutnya adalah teknik panel. Teknik panel merupakan suatu teknik yang menelaah butir soal berdasarkan kaidah penulisan butir soal. Kaidah itu diantaranya materi, kontruksi, bahasa atau budaya, kebenaran kunci jawaban atau pedoman penskoran. Caranya beberapa penelaah diberikan butir-butir soal yang akan ditelaah, format penelaahan dan pedoman penilaian atau penelaahan. Tahap awal, semua orang yang terlibat dalam kegiatan penelaahan disamakan persepsinya, kemudian mereka bekerja sendiri-sendiri di tempat berbeda. Para penelaah dipersilahkan memperbaiki langsung pada teks soal dan memberikan nilai pada setiap butir soal dengan kriteria soal baik, perlu diperbaiki atau diganti (Suprananto, 2012).
b.      Teknik Analisis Secara Kuantitatif
Penelaahan soal secara kuantitatif adalah penelaahan butir soal berdasarkan pada data empirik. Data empirik ini diperoleh dari soal yang telah diujikan. Ada dua pendekatan dalam analisis secara kuantitatif, yaitu pendekatan secara klasik dan modern. Analisis butir soal secara klasik adalah proses penelaahan butir soal melalui informasi dari jawaban peserta tes guna meningkatkan mutu butir soal yang bersangkutan dengan menggunakan teori klasik. Kelebihan dari analisis ini yakni, murah, sederhana, familiar, dapat dilaksanakan sehari-hari dengan cepat menggunakan komputer dapat menggunakan data dari beberapa peserta tes atau sampel kecil. Hal tersebut telah dikemukakan oleh Millman dan Greene (1993) dalam Suprananto, (2012). Selanjutnya analisis butir soal secara modern adalah penelaahan butir soal dengan menggunakan teori respon butir atau Item Response Theory (IRT). Teori ini merupakan suatu teori yang menggunakan fungsi matematika untuk menghubungkan antara peluang menjawab benar suatu butir dengan kemampuan siswa.









BAB III

PENUTUP


1. Ada beberapa hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan naskah soal ujian antara lain
a.       Relevansi soal ujian dengan tujuan pelaksanaan ujian
b.      Pemilihan butir soal yang handal
c.       Mempersiapkan petunjuk pelaksanaan ujian
d.      Mempersiapkan lembar jawaban
e.       Pengorganisasian peserta Ujian
f.       Pemberitahuan pelaksanaan ujian




DAFTAR PUSTAKA


Arifin, Z. (2012). Evalusi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muyasaroh. (2016). Evaluasi Program Pembelajaran Tahfiz l-Quran. Indralaya: Ittifaqiah Press-Haqqiena Media
Uno. B Hamzah. ( 2006). Perencanaan Pembelajran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sakni Ridwan. (2008). Pengembangan Sistem Evaluasi Pendidikan. Palembang: P3RF IAIN Raden Fatah Press
Sukarsina Arikunto. (1984). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara





[1] Ridwan Sakni, Pengembangan Sistem Evaluasi Pendidikan,(Jakarta:P3RF IAIN Raden Fatah Press,) Hal. 55-57
[2] Ibid.58
[3] Hamzah B.Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,Cet.9, 2012)Hal.97

Tidak ada komentar: